Ganjar Punya Modal Sosial yang Kuat, Kang Emil Cocok Jadi Pendamping Hadapi Pilpres 2024

KEBERHASILANNYA menjadi Gubernur Jawa Tengah dinilai jadi modal kuat bagi Ganjar Pranowo untuk maju sebagai kandidat RI-1. Sementara sebagai pendamping disebut-sebut mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
Juru Bicara PPP Achmad Baidowi menilai bakal calon presiden (bacapres) PDI Perjuangan Ganjar Pranowo memiliki modal sosial yang kuat untuk mengikuti kontestasi Pilpres 2024.
Ganjar secara resmi melepas jabatan Gubernur Jawa Tengah pada Selasa (5/9). Momen pelepasan Ganjar dari kursi nomor satu di Provinsi Jawa Tengah tersebut dihadiri ribuan orang, bahkan ada yang khusus datang dari luar Jawa Tengah.
Baidowi mengatakan momen itu menjadi bukti nyata betapa masyarakat mencintai Ganjar. Besarnya gelombang dukungan masyarakat tersebut, tak lepas dari keberhasilan Ganjar selama 10 tahun memimpin Jawa Tengah.
"Mas Ganjar sangat dicintai masyarakat Jawa Tengah dan sangat didukung. Mas Ganjar berprestasi dan berhasil menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah. Ini merupakan modal sosial Mas Ganjar untuk mengarungi kontestasi Pilpres 2024," kata Baidowi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
Hal senada disampaikan politikus PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno yang mengatakan masyarakat Jawa Tengah sangat dekat dengan Ganjar karena sosok Ganjar bersahabat dan inklusif. Ia terbuka dengan masyarakat dari semua kalangan.
"GP (Ganjar Pranowo) mudah berinteraksi dengan segenap lapisan masyarakat. Dengan ulama dekat, mudah guyub dengan pemuda dan mahasiswa, akrab dengan wong cilik, berkomunikasi lancar," ujar Hendrawan.
Selesai mengemban amanat di Jawa Tengah, Ganjar mendapat dukungan besar untuk maju sebagai calon presiden. Ia didukung PDI Perjuangan, PPP, Perindo, dan Hanura.
Peluang Ganjar memenangkan pilpres sangat besar. Elektabilitas Ganjar terus naik, di atas bakal capres lainnya. Hasil survei terbaru lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs menyebutkan elektabilitas Ganjar mencapai 40,12 persen.
Pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan pada 19 Oktober 2023 sampai dengan 25 November 2023.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu) pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.
Saat ini ada 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Bisa juga pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara.
RK Cocok Jadi Pendamping Ganjar
Sementara itu, nama mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, disebut-sebut masuk ke bursa pendamping mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar PRanowo. Ridwan pun seakan memberikan kode keras dengan pernyataan bahwa pekan depan ada 'breaking news'.
"Kami mohon doa, takdir kami belum tahu ke mana kami tidak tahu, tapi insya Allah, Allah memberikan yang terbaik, tapi kalau minggu depan ada breaking news ya mohon dimaklumi," ucap pria yang akrab disapa Kang Emil itu dalam sertijab dengan Pj Gubernur Jabar di Gedung Sate, Bandung, Rabu (6/9/2023).
Pengamat Politik Universitas Indonesia Ade Reza Hariyadi menilai bahwa mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil cocok mendampingi bakal calon presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Pasalnya, Ridwan Kamil dapat mendongkrak suara Ganjar di Jawa Barat. Sebab, Ridwan Kamil menguasai suara di Jawa Barat.
"Karena bagaimanapun juga basis politik suara Pak Ganjar utamanya berada di Jateng dan Jabar merupakan salah satu wilayah dengan konsentrasi pemilih yang paling besar di Indonesia. Jadi, mungkin itu menjadi pertimbangan," kata Reza dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.
Survei terbaru yang digelar Lembaga Survei Indonesia (LSI) awal Agustus lalu menunjukkan mayoritas pemilih di Jabar terkonsentrasi pada bacapres Prabowo Subianto sekitar 39,2 persen dan Anies Baswedan 29,6 persen.
Hanya sekitar 25,2 persen responden yang menyatakan bakal memilih Ganjar. Jika ditandemkan, menurut Reza, pasangan Ganjar-Kang Emil juga klop lantaran kinerja keduanya tergolong baik dalam memimpin provinsi masing-masing.
Hal itu tercermin dalam tingkat kepuasan publik terhadap Ganjar dan Kang Emil.
"Salah satu nilai tambah dalam membangun persepsi publik tentang keberhasilan mereka (Ganjar dan Kang Emil) dalam pemerintahan yang bisa direplikasi kalau mereka mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres," terangnya.
Dalam sigi Poltracking Indonesia yang dirilis pada 2022, tingkat kepuasan publik Jateng terhadap pemerintahan Ganjar-Taj Yasin Maimoen mencapai 83,2 persen.
Pada survei itu, tingkat kepuasan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di Jabar mencapai 79,7 persen. Survei-survei yang dirilis lembaga lainnya juga lazimnya menunjukkan tren serupa.
Khusus untuk Ridwan Kamil, elektabilitasnya juga tergolong tinggi di Jabar. Sebagai calon Gubernur Jabar, survei Charta Politica yang dirilis Juli lalu menunjukkan tingkat elektabilitasnya mencapai 44,3 persen.
Unggul dari eks Bupati Purwakarta yang mengantongi 29,3 persen di peringkat kedua.
Diposisikan sebagai cawapres, Charta mencatat Ridwan Kamil punya elektabilitas sebesar 38 persen di Jabar. Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengungguli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno 18,7 persen, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 9,1 persen, dan Menteri BUMN Erick Thohir 6,4 persen.
Reza menilai tak mudah untuk meminang Kang Emil sebagai cawapres Ganjar. Pasalnya, Kang Emil saat ini sudah menjadi kader Golkar.
Agustus lalu, Golkar telah bergabung dalam koalisi parpol pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Meski begitu, peluang untuk merealisasikan pasangan Ganjar-Kang Emil tak sepenuhnya tertutup.
Reza melihat dinamika politik masih sangat cair. Selama belum didaftarkan nama paslon belum didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), kejutan-kejutan masih mungkin terjadi. (Ant/CNBC/009)