Gelombang PHK Besar-besaran Landa Sritex, Tahap Awal 3.000 Karyawan Jadi Korban

JAKARTA – Di tengah perjalanan menuju pemerintahan baru, ekonomi Indonesia mengalami gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja) massal yang banyak terjadi di pabrik-pabrik padat karya di sejumlah daerah. Setelah tsunami PHK melanda Jawa Barat, kini giliran perusahaan di Jateng, termasuk sang raja tekstil PT Sri Rezeki Isman Tbk (Sritex).
PT Sritex terus terang mengaku sudah melakukan PHK gelombang pertama terhadap 3.000 pekerja atau sebanyak 35% dari jumlah pekerjanya pada paruh pertama tahun 2024. Kini perusahaan tinggal mempekerjakan 11.000 karyawan.
Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau PT Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto blak-blakan mengatakan Sritex dengan berbagai pertimbangan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) di Sritex.
Iwan K Lukminto mengeluhkan kuatnya tekanan pasar domestik sejak pandemi COVID-19. Kondisi ini diperparah adanya Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Perubahan Kedua Atas Permendag 36 Tahun 2023.
“Dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai masuknya barang barang-impor itu, juga bisa melihat dari sisi kami produsen di dalam negeri ini yang mengalami kesulitan bersaing dengan produk-produk impor yang merajalela di pasaran,” ujar Iwan dalam paparan publik virtual, Selasa (25/6).
Iwan menilai langkah efisiensi diambil manajemen Sritex agar perusahaan memantau kondisi bisnis utama secara berkala. Dengan begitu, SRIL bisa menentukan produk mana yang bisa bersaing dan berkontribusi lebih banyak dalam profit margin.
Sementara itu, Direktur Keuangan Sri Rejeki Isman, Welly Salam, menilai kebijakan pemerintah harus ditinjau kembali untuk keberlangsungan industri tekstil Tanah Air.
“Ini kita juga harus berkaca di negara kita. Kita harus fokus juga kepada industri karena kalau kebijakan kebijakan tidak mendukung, ini akan sulit untuk mempertahankan industri,” terang Welly.
Apabila industri tekstil dalam negeri sudah berkurang menjadi lebih sedikit, atau menjadi tidak ada sama sekali, maka Indonesia bisa sangat tergantung dengan produk-produk tekstil impor.
“Efisiensi merupakan program yang berkelanjutan, di mana untuk PHK sendiri diharapkan hanya sampai tahun 2024. Tetapi tentunya akan di-review kembali pada akhir tahun untuk menyesuaikan program atau strategi dengan perkembangan yang ada,” tutur Welly.
Akan Dipelajari
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku bakal mempelajari masalah yang terjadi pada PT Sri Rejeki Isman Tbk termasuk isu yang menyebut perusahaan itu bangkut.
"Itu harus kita pelajari mengapa bangkrut," kata Agus di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2024) seperti dilansir Kompas.com.
Ia menuturkan, Kemenperin akan melihat model bisnis yang dijalankan perusahaan berkode saham SRIL tersebut.
Agus ingin mempelajari bangkrutnya Sritex murni karena masalah industri tekstil atau masalah lain yang dihadapi kantor pusat. Sebab, pasar Indonesia tengah kebanjiran produk tekstil impor karena beberapa hal. (Berbagai sumber/01)
- 39 views
Leave a Reply