Kecemasan Investor Efek Raksasa Properti China Evergrande
Investor global semakin memusatkan perhatiannya pada kondisi Evergrande, raksasa real estate China yang kini sedang goyang. Mereka cemas kondisi Evergrande akan berpengaruh pada pasar global.
Dikutip dari CNN, Selasa (21/9/2021), saham Eropa jatuh pada Senin pagi setelah Hang Seng Hong Kong turun 3,3% atau yang terburuk dalam dua bulan terakhir. Bank China, perusahaan asuransi dan perusahaan real estate lainnya dibanting.
Saham Evergrande Group (EGRNF) anjlok 10% di Hong Kong, hanya 2,28 dolar Hong Kong atau sekitar Rp 4.137 per saham. Saham perusahaan sudah anjlok hingga 84% sepanjang tahun ini.
Selama beberapa minggu terakhir, perusahaan yang memiliki utang jumbo hingga lebih dari US$ 300 miliar atau setara Rp 4,282 triliun ini sudah memperingatkan investor soal masalah keuangan. Investor juga telah diwanti-wanti jika perusahaan gagal meraih dana dengan cepat.
Evergrande sekarang menghadapi masa kritis. Menurut laporan Bloomberg, mereka diwajibkan membayar bunga pinjaman ke beberapa bank senilai lebih dari US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun. Angka sebesar itu hanya bunga.
Perusahaan memegang sekitar 6,5%, dari total utang yang dipegang oleh sektor properti China. Kondisi Evergrande ini lantas dibanding-bandingkan dengan yang terjadi pada jatuhnya Lehman Brothers pada 2008 lalu. Di mana, kejatuhan satu perusahaan bisa memicu kepanikan pasar keuangan.
"Sebagai pengembang yang penting secara sistemik, kebangkrutan Evergrande akan menyebabkan masalah bagi seluruh sektor properti, yang telah menjadi sumber penting pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan di China," kata Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research.
Yardeni bahkan menilai kondisi Lehman Brothers lebih baik dibanding Evergrande. Sebab, dalam kasus Lehman Brothers, Bank Sentral AS atau The Fed ikut turun tangan dalam menahan gejolak pasar keuangan.
"Kami berharap pemerintah China akan merestrukturisasi Evergrande, mungkin dengan memisahkan bisnisnya di antara pengembang properti lainnya," kata Yardeni.
Meski begitu, kebijakan Pemerintah China masih belum jelas. Ketidakpastian ini menjadi sentimen negatif untuk para investor yang sedang cemas.
Dikhawatirkan Bangkrut
Para investor mengkhawatirkan Evergrande Group terancam bangkrut. Melansir The Straits Times, para investor tersebut berdemonstrasi di depan kantor pusat Evergrande di Shenzhen China pada Selasa (14/9/2021).
Para investor mengaku cemas usai perusahan pengembang yang sedang terlilit utang itu sedang berada di bawah tekanan luar biasa dan kemungkinan tidak dapat memenuhi pembayaran alias default.
Kepala Divisi Pendapatan Tetap (Fixed Income) Matthews International Capital Management, LLC (Matthew Asia), Teresa Kong mengatakan China Evergrande diduga telah melakukan 'dua dosa besar' kepada investornya yang berakibat krisis utang.
Dosa besar pertama, China Evergrande terlalu banyak meminjam uang, bahkan perusahaan ini disebut menjadi perusahaan properti yang paling banyak memiliki utang di dunia.
"Sementara 'dosa' yang kedua adalah perusahaan diduga memiliki tata kelola perusahaan yang buruk," tulisnya, dikutip CNBC International, Sabtu (18/9/2021).
Pihak Evergrande mengatakan penjualan properti terus memburuk secara signifikan pada bulan ini, sehingga kondisi ini terus memperparah masalah arus kas perusahaan.
Berdasarkan penjualan, China Evergrande adalah perusahaan properti terbesar kedua di China. Menurut situs perusahaan, Evergrande memiliki lebih dari 1.300 proyek real estat di lebih dari 280 kota di China.
Kong mengatakan adanya protes beberapa hari terakhir oleh pembeli rumah dan investor di berbagai kota di China membuat kesempatan Evergrande untuk terus menjual properti menjadi berkurang.
Dia juga menambahkan kemungkinan investor asing akan menjadi prioritas terakhir, hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah China yang menjaga stabilitas sosial, dimana itu berarti mengutamakan pembeli rumah terlebih dahulu.
Oleh karena itu Kong mengingatkan investor asing harus memahami risiko ini dan harus melihat beberapa jenis amandemen dan perpanjangan pembayaran. Hal ini berarti investor mungkin akan menerima pembayaran usai dipotong atau kupon mereka akan dibayar di kemudian hari.
Menurut data Refinitiv Eikon, Evergrande memiliki enam obligasi yang jatuh tempo tahun depan dan 10 obligasi jatuh tempo pada 2023, dari total 24 obligasi yang telah diterbitkan.
Obligasinya juga termasuk dalam berbagai indeks imbal hasil tinggi Asia. Pada tahun ini saja saham Evergrande di Bursa Hong Kong telah anjlok hampir 80% tahun.
Saat ini, Hui Ka Yan atau Xu Jiayin merupakan pemilik mayoritas saham Evergrande Group, dengan kepemilikan sahamnya mencapai 9,3 miliar saham atau 70,72% dari total saham, berdasarkan data dari Refinitiv.
Pria berusia 62 tahun tersebut juga memimpin sebagai Chairman of the Board of Directors sekaligus Direktur Eksekutif Evergrande Group.
Per Rabu (15/9), total kekayaan Hui Ka Yan mencapai US$ 11,5 miliar atau setara Rp 164 triliun (kurs Rp 14.300/US$).
Hui berada di posisi ke 53 dari daftar orang terkaya di dunia versi Forbes. Sementara di China, saat ini kekayaan Hui berada di posisi ke 10.
Bayar Utang dengan Properti
Akhir-akhir ini Evergrande dikabarkan telah mulai membayar kewajiban pada investor mereka. Tapi, unit utama Hengda Real Estate Group Co Ltd menyatakan pembayaran dilakukan manajemen dengan real estat mereka.
Sebagai informasi, Evergrande nyaris bangkrut. Kini perusahaan properti China itu memiliki utang lebih dari US$300 miliar atau Rp4.277 triliun (Kurs Rp14.256 per dolar AS)
Berada dalam pergolakan krisis likuiditas, mereka berupaya sekuat tenaga mengumpulkan uang supaya bisa membayar utang ke bank dan pemasoknya. Tercatat, mereka memiliki kewajiban pembayaran bunga obligasi sebesar US$83,5 juta yang jatuh tempo pada Kamis (16/9) lalu.
Perusahaan mengatakan dalam posting WeChat pada Sabtu (18/9) kemarin bahwa investor yang tertarik untuk menebus produk manajemen kekayaan untuk aset fisik harus menghubungi konsultan investasi mereka atau mengunjungi kantor lokal.
"Metode dan detail pembayaran khusus tunduk pada kondisi setempat," kata seorang perwakilan layanan pelanggan Evergrande seperti dikutip dari Reuters pada Minggu ini.
Sementara itu, sejumlah bank yang menjadi sumber aliran kredit bagi China Evergrande mulai menghitung kerugian atas pinjaman yang mereka berikan ke raksasa properti itu. Beberapa bank juga mulai berancang-ancang memberi pelonggaran pelunasan kredit bagi Evergrande yang santer diisukan bakal bangkrut akibat masalah tumpukan utangnya itu.
Salah satu bank yang sudah mulai menghitung kerugian atas pinjaman ke Evergrande adalah Agricultural Bank of China (AgBank). Sumber dari internal perusahaan menyatakan telah membuat beberapa ketentuan soal kerugian pinjaman dari total porsi kreditnya ke Evergrande.
[//CNN/Detik/Kontan.co.id]