Suku Bunga Tinggi Diprediksi segera Berakhir, Angin Segar Emiten Properti
JAKARTA - Melandainya tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) menjadi angin segar bagi emiten di sektor properti. Hal ini seturut dengan meningkatnya ekspektasi pelaku pasar yang meyakini era suku bunga tinggi bakal segera berakhir.
Tingkat inflasi tahunan AS diketahui melandai ke level 3,4% year-on-year (YoY) pada April 2024, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,5% secara tahunan.
Landainya tingkat inflasi AS akhirnya menguatkan kembali narasi pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed. Menurut CME FedWatch Tool, konsensus mengekspektasikan pemangkasan suku bunga terjadi pada September 2024.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa ada beberapa sentimen positif yang akan menaungi sektor properti. Pertama adalah penerapan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP).
Kedua adanya peluang kebijakan pelonggaran suku bunga The Fed. Hal tersebut secara simultan membuat Bank Indonesia (BI) berpotensi besar memangkas BI-rate yang kini bertengger di level 6,25%.
“Era suku bunga tinggi mulai berakhir tahun ini, dan akan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Ini menjadi benefit terhadap penyesuaian KPR/KPA, sehingga menstimulasi permintaan kredit khususnya di sektor properti,” ujarnya.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menilai terkendalinya inflasi di AS dan data pasar tenaga kerja yang sudah terdampak dengan suku bunga tinggi, membuat pemangkasan suku bunga The Fed kian nyata.
“Ini jelas menjadi angin segar untuk properti dengan bunga pinjaman kembali normalisasi dari sebelumnya adanya kenaikan,” ujar Audi.
Di sisi lain, Audi menuturkan bahwa kinerja marketing sales atau prapenjualan sejumlah emiten properti cenderung stagnan bahkan melambat. Kendati demikian, dia meyakini insentif PPN DTP masih menjadi penopang penjualan di tengah tingginya BI-rate.
“Dengan masih terjaganya pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Indonesia, kami kira masih akan menjaga daya beli properti. Terlebih dengan berlanjutnya program insentif dari pemerintah sampai dengan akhir 2024,” tutur Audi. (Bisnis/MSN/001)
- 2 views
Leave a Reply