• Mobil listrik Lexus. -IST-

Mobil Listrik, Berpacu Menjadi yang Termurah

Mobil Listrik, Berpacu Menjadi yang Termurah

Sat, 02/27/2021 - 14:49
Posted in:
0 comments

MOBIL listrik pelan tapi pasti menjadi kendaraan masa depan di muka bumi. Pabrikan otomotif optimis mobil listrik pada tahun-tahun mendatang akan terus tumbuh, sementara yang berbakar fosil akan mengalami penurunan yang signifikan.

Masalah besarnya sekarang bagaimana produsen bisa ‘mencetak’ harga yang makin murah untuk calon konsumen.

Harus diakui masyarakat luas menyambut baik mobil ramah lingkungan yang secara ekonomis jauh lebih baik ketimbang mobil berbahan bakar fosil. Hanya saja, sejumlah produsen masih mematok harga yang tinggi. Setidaknya kurang terjangkau kalangan menengah ke bawah.

Calon konsumen masih berada pada posisi menunggu. Wait and seee. Bila produksi sudah banyak, secara hitung-hitungan ekonomi, mereka yakin harga otomatis akan turun.

Soal harga memang masih menjadi persoalan serius. Karenanya, produsen berharap masalah harga menjadi prioritas di masa depan. Sebab, mereka yang mampu merealisasikan harga termurah bisa jadi jadi juara di masa depan.

Lalu, di mana yang jadi masalah besar soal harga ini? Ternyata, harga mahal itu lantaran banterai lithium-ion yang menjadi sumber tenaga listrik mobil tersebut. Lithium-ion itulah yang menggerakkan mobil sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) dari fosil.

Seperti dilansir The Drive, 10 tahun lalu, harga per kWh baterai listrik itu mencapai USD 1.100. Kemudian harga itu turun drastis menjadi USD 137 per kWh pada 2020.

Menurunnya harga baterai inilah yang disinyalir bisa memengaruhi harga mobil listrik, sehingga mobil listrik berpeluang dijual seharga mobil bensin.

Menurut perkiraan Bloomberg New Energy Finance, pada tahun 2023, harga baterai bisa hanya USD 100 per kWh. Sedangkan menurut studi BNEF, diperkirakan harga rata-rata industri hanya USD 101 per kWh pada akhir 2023.

Turunnya biaya itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diamati pada tahun 2020. Pabrik baterai yang beroperasi mendekati kapasitas dan jatuhnya harga bahan baku berdampak signifikan terhadap harga.

Sementara penyempurnaan teknologi baterai dan meningkatnya pesanan juga memiliki peran untuk memainkan harga. BNEF mengakui bahwa harga masih akan bervariasi tergantung pada geografi dengan panjang jalur pasokan dan skala ekonomi yang berbeda di China, Jerman, dan Amerika Serikat, tetapi tidak memasukkan subsidi dalam perkiraan itu.

Sedangkan pada tahun 2025, BNEF menghitung adanya kemungkinan kenaikan harga bahan baku baterai. Sehingga harga USD 100 per kWh itu hanya bisa sampai tahun 2025 saja.

Harga mendekati tersebut dilaporkan beberapa industri, dengan baterai untuk bus listrik di China dilaporkan rata-rata USD 105 per kWh. Bahkan ada yang mengklaim cuma USD 80 per kWh.

Sebuah fenomena baru muncul di tengah pandemi yang belum berkesudahan ini. Diam-diam para produsen mobil berpacu mengambil langkah menjadi yang terdepan dengan menjual mobil listrik. Ini terjadi setelah mobil konvensional berbahan bakar fosil selama pandemi penjualannya merosot tajam.

Elon Musk pemilik mobil listrik Tesla di luar dugaan namanya meroket dan menjadi orang terkaya dunia mengalahkan Jeff Bezos (Amazon). Saham Tesla dalam beberap bulan terakhir mengalami kenaikan yang sangat fantastis. Kapitalisasi Tesla yang berlipat itu dipandang banyak kalangan sebagai cerminan masa depan mobil listrik yang berprospek cerah.

Dengan teknologi yang lebih maju, mobil listrik memang dipandang bukan saja ramah lingkungan, tapi juga makin hemat dan praktis. Cukup colok strum 3-4 jam bisa menempuh jarak hampir 500 km. Itu sungguh penghematan yang luar biasa yang akan mengakhiri mobil-mobil konvensional yang menggunakan BBM (bahan bakar minyak).

Satu per satu produsen mobil listrik dari manca mencoba meraih pasar Indonesia. Mulai dari Tesla, Hyundai, KIA, Nissan, Toyota, sampai Lexus dan lainnya. Mereka beramai-ramai merebut pasar yang begitu besar di Indonesia.

Selain itu tentu dengan akan segera terwujudnya Indonesia sebagai pabrik investasi bateri kendaraan listrik terbesar di dunia menyusul ditandatanganinya kerjasama (MoU) antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan LG Group dengan nilai invesetasi sebesar 9,8 miliar dollar AS atau Rp142 triliun pada 18 Desember 2020 lalu.

Melalui kesepakatan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di dunia yang mengintegrasikan industri aki listrik dari pertambangan hingga memproduksi aki lithium mobil listrik.

Dalam MOU MoU tersebut menurut Kepala BKPM Bahlil Lahadila, pembangunan pabrik baterai listrik tersebut akan terintegrasi dari hulu hingga hilir, di mana tambang, smelter, prekursor, katoda, mobil hingga fasilitas daur ulang semua akan dibangun di Indonesia.

Berdasarkan MOU, setidaknya 70 persen bijih nikel yang digunakan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik harus diproses di Indonesia.

Indonesia berharap pengolahan bijih nikel laterit yang digunakan dalam baterai lithium merupakan bagian dari upaya menuju hub global memproduksi dan mengekspor EV.

Dengan masuknya produsen-produsen mobil dunia ke Indonesia untuk mendapatkan baterai listrik tersebut diharapkan selain berdampak pada peningkatan tenaga kerja, juga pada harga mobil listrik yang dijual di Indonesia yang diharapkan semakin murah.

Bagaimanapun keterjangkauan mobil listrik dipandang sebagai kunci sukses menguasai pasar. Lihat saja dengan yang dilakukan produsen mobil Wuling di China yang menjual mobil listrik mini Wuling seharga Rp60 jutaan laris bak kacang goreng.

Wuling Hong Guang Mini EV yang imut mampu terjual ratusan ribu unit hanya 7 bulan sejak diluncurkan di China. Dikutip dari InsideEV, Jumat (8/1/2021) Wuling Hong Guang Mini EV mampu terjual sebanyak 127.651 unit. Sekitar 68 ribu unit terdistribusi dua bulan jelang tutup tahun 2020.

Wuling Hong Guang Mini EV merupakan mobil empat penumpang dengan desain mini dan juga minimalis. Harga dasarnya adalah US$ 4.162 (sekitar Rp 62,4 juta) sementara versi tertinggi dilepas dengan bandeol US$ 5,607 atau sekitar Rp 82,1 juta.

Meski murah, bukan berarti Wuling Hong Guang Mini EV ini murahan. Standar keamanan mobil yang masuk jenis hatchback ini terbilang oke, meliputi rem anti-lock, sitem monitor untuk tekanan ban, serta sensor parkir. Untuk kelengkapan fitur lain ada juga AC, power windows, dan perangkat stereo.

Mobil listrik mungil ini dibekali motor elektrik bertenaga 27 dk. Tenaga disuplai oleh baterai compact 13,8 kWh. Mobil ini hanya bisa menempuh kecepatan hingga 100 km/jam. Sekali ngecas, mobil listrik hasil patungan SAIC-GM-Wuling  ini bisa menempuh 200 km. Angka itu lebih dari cukup untuk warga yang tinggal di daerah perkotaan yang biasanya hanya butuh jarak tempuh pendek. Sayang Wuling akan memprioritaskan pasar Eropa dan Amerika Utara.

<>BERBAGAI SUMBER/MAY