New York, Kota dengan Sewa Hunian Termahal di Dunia
NEW YORK yang merupakan kota bisnis terbesar di Amerika Serikat masih tercatat sebagai kota dengan hunian sewaan tertinggi di dunia mengalahkan sejumlah kota lain di Amerika Serikat seperti Manhattan dan Hong Kong yang selama ini dikenal cukup mahal.
Sebagai gambaran untuk sewa apartemen tipe studio (ukuran 3x6 meter persegi) di New York paling tidak harus merogoh kocek Rp25 juta/bulan. Itu pun belum termasuk biaya listrik, air, kebersihan, dan lainnya.
“Pokoknya seperti tiga gaji kita rata-rata bisa habis untuk ongkos sewa rumah,” kata seorang warga Indonesia yang bicara lewat kanal Youtubenya.
Pada bulan Juli 2020, harga rumah rata-rata di New York (sebelum pandemi Covid-19) 527 ribu dolar AS (sekitar Rp7,6 miliar) atau sekitar 51 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional AS yaitu 349 ribu dolar AS (sekitar Rp5,1 miliar).
Sementara itu, rata-rata sewa bulanan untuk apartemen dua kamar tidur hampir 29 persen lebih tinggi daripada rata-rata nasional sebesar 1.200 dolar AS (Rp18 juta) per bulannya. Dengan harga seperti itu, siapa pun akan berpikir dua kali untuk memulai karier akting di Broadway.
Tapi perlu diingat, New York State lebih besar dari Manhattan, di mana faktor biaya perumahan total 430 persen lebih tinggi dari rata-rata nasional!
Bayangkan kamu sedang membangun rencana untuk pindah ke New York City — rumah dekat Patung Liberty, Times Square, dan Central Park. Tak hanya indah dan menakjubkan, New York City juga merupakan salah satu kota dengan biaya hidup termahal saat ini.
Selama berbulan-bulan, harga sewa rumah di New York City melonjak, setelah sempat merosot ke posisi terendah sepanjang masa saat pandemi. Situasi ini membuat ribuan penyewa terpojok. Banyak dari mereka hampir tidak mampu bertahan secara finansial.
Kondisi ini tidak hanya terbatas pada pusat metropolitan utama seperti New York. Di seluruh AS, harga sewa tempat tinggal naik 11,3% tahun lalu. Tren ini juga terjadi di banyak kota di seluruh dunia.
Tapi apa persoalan terbesar dari situasi ini? Para ahli khawatir kondisinya justru akan memburuk pada periode ke depan.
Beban Tambahan
Ada beberapa alasan mengapa begitu banyak orang di seluruh dunia menghadapi persoalan akibat kenaikan biaya sewa tempat tinggal.
Di New York, London, dan kota-kota lain, banyak apartemen kosong saat penyewa mengakhiri masa sewa. Pada masa pandemi Covid-19, mereka memilih keluar dari aturan karantina wilayah menuju pinggiran kota yang lebih luas.
Populasi New York, misalnya, anjlok lebih dari 4% karena eksodus penduduk selama pandemi. Itu memicu penurunan harga sewa dan membuat tuan tanah berebut penyewa.
Pada akhir tahun 2020 dan awal 2021, banya k pemilik flat di New York menawarkan calon penyewa dengan berbagai keuntungan, dari pemotongan harga sewa bulanan, beberapa bulan gratis, hingga pembebasan biaya agen.
Berbeda dengan negara bagian lain, di New York mayoritas rumah jadi pendapatan pasif. Porsinya sekitar 60-70%. Yang memberatkan, hanya di New York biaya sewa yang sudah tinggi masih ditambah dengan biaya perantara 10% dari nilai sewa yang disepakati.
“Biaya ini yang sebenarnya bisa untuk sewa sebulan terasa cukup memberatkan,” kata seorang penyewa apartemen di New York. (BBS/IDN/VOA/BAZARPROPERTI.com/01)
- 1 view
Leave a Reply