Pembangunan Infrastruktur Nikel Besar-besaran di Indonesia: Demi Baterai, Hutan Dibabat
INDONESIA ingin mendominasi pasokan nikel dunia dan berhasil mewujudkannya. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah pabrik peleburan nikel (smelter) di Indonesia meningkat dari dua menjadi 27, dan akan ada 22 smelter lainnya yang rencananya akan dibangun, menurut S&P Global Commodity Insights.
Tahun lalu, Indonesia menyuplai lebih dari separuh pasokan bijih nikel di seluruh dunia. Logam ini dulunya dikenal terutama untuk pembuatan baja tahan karat. Kini, permintaannya meroket karena produsen mobil seperti Tesla membutuhkannya untuk memproduksi baterai kendaraan listrik, sementara perusahaan produsen baterai yang lebih besar membutuhkannya untuk proyek-proyek listrik ramah lingkungan.
Namun, seiring dibangunnya pabrik-pabrik pengolahan nikel berukuran besar oleh para pengembang, hutan di sekitarnya juga menghilang dua kali lebih cepat, menurut analisis baru yang dilakukan lembaga nirlaba Indonesia, Auriga.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Sebelumnya, Indonesia menjual sebagian besar bijih nikelnya dalam bentuk mentah karena belum memiliki fasilitas pemurnian logam tersebut.
Kemudian, 10 tahun yang lalu, pemerintah memutuskan untuk berhenti menjual sumber daya alamnya dengan harga yang begitu murah dan memilih untuk mengolahnya, demi membuka lapangan pekerjaan dan mematok harga yang lebih tinggi.
Pembangunan infrastruktur nikel besar-besaran pun dilakukan. Presiden Joko Widodo mendukung gagasan tersebut dengan menempatkan pabrik peleburan nikel bersama pabrik baterai kendaraan listrik.
Selain pabrik peleburan nikel, pembangkit listrik tenaga batu bara juga didirikan untuk menyediakan energi ke kawasan industri baru. Desa-desa sekitar dapat melihat pabrik-pabrik nikel yang terang benderang, sementara mereka sendiri harus menghadapi pemadaman listrik bergilir.
Bijih nikel Indonesia sendiri terletak di endapan yang dangkal, sehingga dapat dengan mudah ditambang ketika hutan digunduli.
Analisis terbaru terhadap penggundulan hutan menunjukkan bahwa, berdasarkan data pemerintah, deforestasi di sekitar setiap smelter meningkat dari rata-rata 33 kilometer persegi menjadi 63 kilometer persegi. Jika seluruh 22 pabrik baru selesai dibangun, deforestasi kemungkinan besar akan meningkat secara signifikan.
Sebagai negara kepulauan tropis yang luas, Indonesia adalah negara dengan tutupan hutan hujan terbanyak ketiga di dunia, yang menjadi rumah bagi bunga-bunga hutan raksasa dan spesies orangutan dan gajah yang terancam punah.
Sejak tahun 1950, lebih dari 740.000 kilometer persegi hutan hujan Indonesia, atau setara dua kali luas wilayah Jerman, telah ditebang, dibakar atau terdegradasi, menurut Global Forest Watch.
Di Lelilef Sawai, desa yang kini dikelilingi Taman Industri Weda Bay, deforestasi dan dampaknya tampak jelas. Petani Librek Loha mencoba bertahan. Ia menolak menjual lahan yang ia rawat selama empat dekade terakhir. Kini debu berwarna oranye seringkali menutupi tanamannya dan air bersih pun menjadi langka.
Dari lahan pertaniannya, ia dapat mendengar suara konstruksi bangunan dan melihat endapan berwarna oranye terang mengalir ke laut. Penelitian menunjukkan bahwa longsor jadi lebih berisiko terjadi di kawasan hutan yang gundul.
Pejabat PT Indonesia Weda Day menolak diwawancarai AP. Namun, melalui sebuah pernyataan, perusahaan itu mengatakan bahwa pihaknya telah menanam kembali pohon-pohon baru di lahan seluas 10 kilometer persegi.
Perusahaan itu mengklaim memainkan peran aktif dalam mendukung standar hidup masyarakat lokal, menawarkan pembangunan ekonomi dan menyatakan bahwa zona industrinya telah memenuhi seluruh standar lingkungan. Perusahaan itu juga mengatakan pihaknya berusaha melindungi air dan telah meluncurkan program penanaman karang dan bakau.
Keluhan penduduk desa terhadap proyek Weda Bay serupa dengan keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi pabrik peleburan nikel lainnya di seluruh Indonesia, termasuk kawasan industri kontroversial di Kalimantan dan Maluku Utara.
Mungkin akibat keluhan-keluhan tersebut, minat beberapa perusahaan Eropa terhadap nikel asal Indonesia menurun.
Hilirisasi Nikel, Siapa yang Untung dan Siapa yang 'Buntung'?
Dalam beberapa minggu terakhir, perusahaan tambang Prancis Eramet dan perusahaan kimia raksasa Jerman BASF mengumumkan bahwa mereka membatalkan rencana pembangunan kilang nikel senilai $2,6 miliar (sekitar Rp42 triliun).
Eramet tidak menyebut alasannya, sedangkan BASF menyalahkan perubahan dalam pasar nikel global. Pengumuman itu disampaikan tidak lama setelah mereka dihubungi AP terkait liputan ini.
Indonesia merayu Tesla, yang menggunakan logam dua kali lebih banyak dalam proses produksinya secara keseluruhan, dibanding kompetitornya di posisi kedua.
Jumlah nikel yang digunakan Tesla pada 2023 naik sepertiga dibanding setahun sebelumnya. Hanya 13% dari pasokan nikel Tesla berasal dari Indonesia tahun lalu, tapi dalam laporan dampaknya pada 2023, perusahaan itu menyebut Indonesia 18 kali dan memperingatkan bahwa nikel dari Indonesia akan menjadi sangat penting.
Tesla tidak menanggapi pertanyaan yang dikirim melalui email oleh AP mengenai penggunaan nikel asal Indonesia dan deforestasi.
Produksi nikel tidak harus kotor. Penggunaan energi ramah lingkungan daripada energi batu bara akan sangat membantu membersihkan udara di sekitar kompleks nikel.
Operasi yang paling bersih akan menghasilkan emisi yang jauh di bawah rata-rata industri, menurut laporan organisasi nirlaba Transport and Environment tahun lalu.
Produsen mobil dapat berbuat lebih banyak untuk menyelidiki dari mana saja asal nikel mereka, termasuk dengan menggunakan satelit, dan melarang nikel yang berasal dari kawasan deforestasi. (VOA/01)
- 1 view
Leave a Reply