Skip to main content

‘Serangan’ Kekecewaan & Tudingan Politik Dinasti Gibran setelah Jadi Bacawapres

JAKARTA – Usai dipinang Prabowo Subianto sebagai bakal calon wakil presiden Koalisi Indonesia Maju (KIM) pada Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka mendapat ‘serangan’ bertubi-tubi di media sosialnya.


Usai diumumkan sebagai bakal calon wakil presiden oleh Prabowo, nama Gibran langsung menjadi trending topik di X (sebelumnya Twitter).

Uniknya, anak pertama dari Presiden Joko Widodo yang menyingkirkan kandidat bacawapres lain seperti Airlangga Hartarto dan Erick Thohir itu malah tidak terlalu menanggapi deklarasi tersebut secara serius di media sosial X.

Bahkan twit yang ditulis Gibran bisa dibilang "nyeleneh" atau tidak ada hubungannya dengan pengumuman yang dilakukan Prabowo.

"Ayo tebak score aston villa vs west ham," tulis Gibran. "Trus gw harus gimana bang?" tambah Gibran.

Sementara itu ribuan warganet meluapkan amarah terkait deklarasi itu di kolom komentar akun Gibran Rakabuming di Instagram.

Banyak komentar yang menyindir Gibran memanfaatkan kekuasaan sang ayah, Presiden Joko Widodo untuk memuluskan perjalanan karier politiknya.

"Sepengin-penginnya SBY ingin anaknya nyapres, enggak sampai kepikiran untuk ubah aturan di MK," tulis akun @ambrosiaheartid di kolom komentar akun Gibran dan mendapatkan seribu likes dari warganet lainnya.

"Kemarin katanya masih belum cukup umur, belum pantas, masih butuh pengalaman dan bla, bla, bla tetapi nyatanya?? duh wis kadung ngefans, ora ngiro ternyata sampean iki wonge mencla mencle mas #gibranmenclamencle," tulis akun  @masmadgaul.

"Kecewa sama Pak @jokowi dan @gibran_rakabuming. All out dukung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD," tulis akun selebgram @iniahmad mo.

Sejumlah warganet juga membandingkan kualitas integritas dan profesionalisme kepemimpinan dari Mahfud MD, cawapres Ganjar Pranowo dan Gibran sebagai bacawapres Prabowo.

"Pengin lihat debat Mas Gibran dan Mahfud MD. Kalau debat bicara yang jelas ya, Mas Gibran, jangan ngeles-ngeles. Ditonton jutaan rakyat Indonesia lho," tulis akun @amosnewlife5.

Sementara itu saat menghadiri panggung deklarasi di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu malam (21/10), Gibran berpesan untuk selalu santun dan damai dalam bermedsos.

"Terimakasih untuk doanya. Terimakasih datang ke acara ini. Pokoknya kita pengen Pilpres nanti semua aman dan damai. Semua harus rukun, engga boleh ada yang berantem apalagi berantem di sosmed," kata Gibran saat memberi sambutan di atas panggung di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Sabtu (21/10/2023).

Politik Dinasti

Kiprah Gibran, kader PDI Perjuangan yang baru masuk tiga tahun menjabat Walikota Solo memang mendapat banyak kecaman, termasuk dari kalangan milenial karena sarat muatan politik dinasti.

Langkah Gibran juga mengundang reaksi keras dari kalangan PDIP sendiri, terlebih ketika Jokowi sebagai ayahnya ‘merestui’ anaknya menjadi peserta Pilpres 2024 lewat kubu di luar Parpol yang selama ini telah mengantarkan Jokowi dan putera, bahkan menantunya sebagai pemimpin daerah.

“Reaksi terhadap isu ini bervariasi. Sebagian melihatnya sebagai bagian dari pertarungan politik, dimana isu dinasti politik menjadi senjata untuk menyerang Gibran, Prabowo, atau bahkan Jokowi," kaya Denny JA seperti dikutip pada Minggu (22/10/2023).

"Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dinasti politik adalah fenomena yang lazim dalam dunia demokrasi,” sambungnya.

Kata Denny JA, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara demokrasi maju di Eropa dan Amerika Serikat, dinasti politik telah menjadi hal yang biasa.

Presiden Joko Widodo angkat bicara soal anggapan munculnya dinasti politik yang dikaitkan dengan masuknya nama putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka sebagai salah satu kandidat bakal calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto.

Menurut Jokowi, isu tersebut dia serahkan kepada masyarakat untuk menilai sendiri. "Serahkan masyarakat saja," ujar Jokowi di Indramayu, Jawa Barat, sebagaimana dilansir dari keterangan resmi pada Jumat (13/10/2023).

Gibran jadi ramai diperbincangkan publik setelah gugatan batas usia pencapresan di Mahkamah Konstitusi (MK) diputuskan. Keputusan itu dinilai lebih memberi peluang kepada Gibran yang belum berusia 40 tahun, sesuai UU, namun dengan embel-embel ‘sudah’ atau ‘sedang’ menjadi kepala daerah jadi untuk maju dalam Pilpres 2024 mendatang.

Ketua MK, Anwar Usman yang tak lain paman Gibran dinilai punya peran penting memberi jalan bagi kemenakannya itu untuk maju. Kisruh di dalam MK pun menyeruak, terkait keputusan MK yang dinilai sebagian besar hakim MK tak menyetujui sesuai keputusan tersebut.

Di media sosial pun kemudian ramai dengan tudingan MK sudah jadi Mahkamah Keluarga karena lebih mengedepankan kepentingan keluarga dibanding kepentingan masyarakat luas. Sejumlah tokoh menyebut, keputusan MK itu sangat tidak adil, karena menutup peluang bagi anak muda berprestasi (tak punya pengalaman menjadi kepala daerah) untuk jadi pemimpin negara.

Putusan MK tersebut dinilai publik sebagai siasat MK menggelar karpet merah bagi Wali Kota Surakarta (Solo) Gibran Rakabuming Raka yang berusia 36 tahun untuk berkontestasi di Pilpres 2024. Penilaian itu terkonfirmasi saat capres Prabowo Subianto resmi mengumumkan Gibran, putra sulung Presiden Joko Widodo, menjadi cawapres pendampingnya.

Benih politik dinasti sudah lama berakar secara tradisional di negeri ini. Celakanya lagi, roh dari politik dinasti itu bersemai bebas di era reformasi sehingga merecoki demokrasi.

Politik dinasti itu terus-menerus mewarnai kontestasi pemilihan kepala daerah. Pada mulanya para aktivis menggebu-gebu meneriakkan penolakan politik dinasti. Mereka berteriak sampai urat leher putus. Akan tetapi, lama-kelamaan suara mereka nyaris tak terdengar lagi.

Begitu juga dengan para pemilih. Mula-mula mayoritas pemilih yang terekam dalam berbagai survei menyatakan penolakan atas politik dinasti. Akan tetapi, lama-kelamaan, mereka memilih calon kepala daerah karena kemampuannya, tanpa peduli dia memiliki hubungan kekerabatan dengan petahana. (bisnis/jpnn/detik/kompas/IDN/medcom/009)